Selasa, 24 Mei 2016

Permainan cublak-cublak suweng dalam pembelajaran


Permainan Cublak-cublak Suweng dalam Pembelajaran
Kasus korupsi dan sederetan kasus degradasi moral yang marak terjadi dewasa ini mengundang keprihatinan kami sebagai seorang pendidik. Nilai-nilai kejujuran dan kebijaksanaan dalam bertindak mulai memudar seiring dengan munculnya kasus-kasus tersebut. Upaya preventif dalam menangani masalah  tersebut banyak mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Dalam dunia pendidikan Indonesia, adanya kurikulum 2013 menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam penanganan masalah tersebut. Kurikulum 2013 yang bercirikan lebih diperhatikannya aspek spiritual, sosial dan keterampilan diharapkan mampu mengefektifkan tindakan preventiv dalam penanganan masalah tersebut.
Implementasi kurikulum 2013 berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dengan menggunakan pendekatan saintifik. Hal tersebut menuntut guru untuk dapat menyediakan media, metode dan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi siswa dalam aktivitas belajarnya. Media, metode dan lingkungan  yang sesuai dengan tahapan perkembangan siswa hendaknya menjadi salah satu fokus guru. Metode belajar dengan menggunakan permainan tradisional yang sarat akan nilai-nilai moral dat menjadi alternatif pilihan guru.
Permainan tradisional seperti cublak-cublak suweng sarat akan nilai-nilai filosofis yang dapat digunakan sebagai media penanaman nilai dan pembentukan karakter anak. Lagu dalam permainan ini sangat cocok untuk mengajarkan nilai seperti kejujuran, kebijaksanaan dan kearifan. Hal tersebut tercermi dalam lirik “sir-sir pong dhele kopong” yang memiliki arti, hati nurani yang kosong. Maksud dari hati nurani yang kosong adalah hendaknya mengosongkan diri dari segala keserakahan, bertindak bijaksana dan berpikir positif dalam menuju kesuksesan dan kekayaan hakiki.
Kesuksesan dan kekayaan identik dengan uang. Materi mengenai nilai tukar antar  pecahan uang terdapat pada mata pelajaran matematika kelas 2, tema 4, subtema 1, pembeajaran 2 . Permainan ini pun kami modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Di dalam permainan tersebut terdapat bagian dimana siswa mengambil pecahan mata uang sesuai dengan kehendak masing-masing pemain dalam satu kelompok. Kelompok tersebut belum mengetahui nominal berapa yang harus mereka bentuk. Kecenderungan untuk mengambil uang bernominal tinggi akan selalu muncul. Selain mengajarkan beberapa kemungkinan mengenai nilai tukar antar pecahan, siswa secara tidak langsung mendapatkan pengajaran untuk bijaksana dalam memilih sesuatu. Kecenderungan untuk berbuat serakah, contohnya semua anggota kelompok memilih nominal uang paing besar, akan mendapat konsekuensinya. Bisa saja nominal uang yang diminta “Pak empo” bernominal kecil, sedangkan uang yang dikumpulkan pemain semuanya berominal besar.
 Anak usia sekolah dasar memiliki masa konsentrasi yang pendek, mudah bosan dan banyak bergerak. Permainan cublak-cublak suweng merupakan permainan statis yang tidak banyak membutuhkan aktivitas fisik. Oleh karena itu kami memodifikasi permainan tersebut dengan kartu soal yang berisi gerakan-gerakan dasar statis dan gerakan dasar dinamis sesuai dengan KD pada mata pelajaran PJOK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar