Permainan Cublak-cublak Suweng dalam Pembelajaran
Kasus korupsi dan
sederetan kasus degradasi moral yang marak terjadi dewasa ini mengundang
keprihatinan kami sebagai seorang pendidik. Nilai-nilai kejujuran dan
kebijaksanaan dalam bertindak mulai memudar seiring dengan munculnya
kasus-kasus tersebut. Upaya preventif dalam menangani masalah tersebut banyak mendapat perhatian baik dari
pemerintah maupun masyarakat luas. Dalam dunia pendidikan Indonesia, adanya
kurikulum 2013 menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam penanganan masalah
tersebut. Kurikulum 2013 yang bercirikan lebih diperhatikannya aspek spiritual,
sosial dan keterampilan diharapkan mampu mengefektifkan tindakan preventiv
dalam penanganan masalah tersebut.
Implementasi
kurikulum 2013 berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered learning) dengan menggunakan pendekatan saintifik. Hal
tersebut menuntut guru untuk dapat menyediakan media, metode dan lingkungan
belajar yang dapat memfasilitasi siswa dalam aktivitas belajarnya. Media,
metode dan lingkungan yang sesuai dengan
tahapan perkembangan siswa hendaknya menjadi salah satu fokus guru. Metode
belajar dengan menggunakan permainan tradisional yang sarat akan nilai-nilai
moral dat menjadi alternatif pilihan guru.
Permainan tradisional
seperti cublak-cublak suweng sarat akan nilai-nilai filosofis yang dapat digunakan
sebagai media penanaman nilai dan pembentukan karakter anak. Lagu dalam
permainan ini sangat cocok untuk mengajarkan nilai seperti kejujuran,
kebijaksanaan dan kearifan. Hal tersebut tercermi dalam lirik “sir-sir pong
dhele kopong” yang memiliki arti, hati nurani yang kosong. Maksud dari hati
nurani yang kosong adalah hendaknya mengosongkan diri dari segala keserakahan,
bertindak bijaksana dan berpikir positif dalam menuju kesuksesan dan kekayaan
hakiki.
Kesuksesan dan
kekayaan identik dengan uang. Materi mengenai nilai tukar antar pecahan uang terdapat pada mata pelajaran
matematika kelas 2, tema 4, subtema 1, pembeajaran 2 . Permainan ini pun kami
modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Di dalam permainan tersebut terdapat bagian dimana siswa mengambil pecahan mata
uang sesuai dengan kehendak masing-masing pemain dalam satu kelompok. Kelompok
tersebut belum mengetahui nominal berapa yang harus mereka bentuk.
Kecenderungan untuk mengambil uang bernominal tinggi akan selalu muncul. Selain
mengajarkan beberapa kemungkinan mengenai nilai tukar antar pecahan, siswa
secara tidak langsung mendapatkan pengajaran untuk bijaksana dalam memilih
sesuatu. Kecenderungan untuk berbuat serakah, contohnya semua anggota kelompok
memilih nominal uang paing besar, akan mendapat konsekuensinya. Bisa saja
nominal uang yang diminta “Pak empo” bernominal kecil, sedangkan uang yang
dikumpulkan pemain semuanya berominal besar.
Anak usia sekolah dasar memiliki masa
konsentrasi yang pendek, mudah bosan dan banyak bergerak. Permainan
cublak-cublak suweng merupakan permainan statis yang tidak banyak membutuhkan
aktivitas fisik. Oleh karena itu kami memodifikasi permainan tersebut dengan
kartu soal yang berisi gerakan-gerakan dasar statis dan gerakan dasar dinamis
sesuai dengan KD pada mata pelajaran PJOK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar